Laporan
Observasi Keluarga Miskin
Daerah kp200, Kelurahan Margajaya, Kecamatan Bekasi Selatan, Kota Bekasi
Disusun oleh:
Nanda Naufal RA
54417418
1IA21
Universitas Gunadarma
2018
BAB 1
I. PendahuluanA. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah utama yang dihadapi oleh setiap negara, baik dinegara maju maupun berkembang seperti Indonesia. Kemiskinan secara gamblang tersebar luas di pedesaan, pesisir dan bahkan di perkotaan. Kemiskinan bersifat multidimensi yang diartikan disebabkan karena berbagai faktor. Kemiskinan dapat berupa kekurangan pangan, sandang, dan papan.
Kemiskinan saat ini memang merupakan suatu kendala dalam masyarakat ataupun dalam ruang lingkup yang lebih luas. Kemiskinan menjadi masalah sosial karena ketika kemiskinan mulai merabah atau bertambah banyak maka angka kriminalitas yang ada akan meningkat. Banyak orang saat ini menerjemahkan kemiskinan sebagai pangkal penyebab masalah sosial dan ekonomi.
Kemiskinan saat ini memang merupakan suatu kendala dalam masyarakat ataupun dalam ruang lingkup yang lebih luas. Kemiskinan menjadi masalah sosial karena ketika kemiskinan mulai merabah atau bertambah banyak maka angka kriminalitas yang ada akan meningkat. Banyak orang saat ini menerjemahkan kemiskinan sebagai pangkal penyebab masalah sosial dan ekonomi.
B. Tujuan
Mengetahui kemiskinan pada keluarga di daerah Kel. Margajaya, Kec. Bekasi Selatan, kota Bekasi.
A. Pemetaan Keluarga Miskin
1. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga Pertama :
Seorang ibu yang berumur 53 tahun dan beliau adalah seorang janda dan memiliki 2 orang anak.
Keluarga Kedua :
Seorang bapak yang berumur 55 tahun yang memiliki sebuah keluarga yang memiliki 4 orang anak.
2. Gaji
Keluarga Pertama :
Untuk penghasilan tidak dapat diperkirakan karena ibu tersebut bekerja sebagai pedagang yang terkadang tidak menentu.
Keluarga Kedua :
Untuk penghasilan beliau tidak ada, dikarenakan beliau tidak bekerja karena memiliki penyakit stroke.
3. Tempat Tinggal
Keluarga Pertama :
Mereka tinggal di rumah mereka sendiri, tetapi dengan keadaan rumahnya yang kurang layak.
Keluarga Kedua :
Mereka tinggal dirumah mereka sendiri.
B. Indikator
Indikator yang akan saya gunakan adalah metode pengukuran jumlah pendapatan.
Bank Dunia menggunakan metode pengukuran jumlah pendapatan minimal per hari per orang untuk menentukan garis kemiskinan. Menurut Bank Dunia, pendapatan minimal per orang per hari adalah U$ 1 (setara dengan Rp. 13312.50,-). Penetapan pengukuran pendapatan ini tidak disertai dengan pengukuran pengeluaran per orang per hari dengan asumsi bahwa selain kebutuhan makanan pokok, pengeluaran untuk jenis kebutuhan lain (non makanan) tidak selalu dilakukan setiap hari. Apabila disetarakan dengan pendapatan per bulan maka seseorang dikatakan miskin apabila penghasilannya dalam sebulan kurang dari Rp. 600.000,-.
Jadi, menurut metode yang terdapat diatas bahwa keluarga diatas termasuk kedalam keluarga miskin.
I. Penutup
A. Kesimpulan
Indikator dari sebuah keluarga miskin dapat dilihat dari berbagai metode yang diterapkan oleh pemerintah. Secara pandangan keluarga yang disebut miskin bisa dilihat dari penghasilan dan tempat tinggalnya. Dari kedua keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tersebut termasuk keluarga miskin, yang dapat dilihat dari keadaan rumah yang tidak layak. Dan dapat dilihat juga dari penghasilan yang didapatkan.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.
Penyebab masyarakat menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misal : etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah yang tidak inovatif karena membudayakan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru. Bahkan lebih dari sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini dan paling tidak disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan. Dalam konteks itulah pembicaraan mengenai modal menjadi amat sangat relevan yang menjadi sebab masyarakat kerap kali menjadi miskin dalam proses pembangunan ekonomi dikarenakan masyarakat tersebut tidak memiliki cukup modal.
B. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global seperti ini diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
BAB 2
I. Temuan LapanganA. Pemetaan Keluarga Miskin
1. Jumlah Anggota Keluarga
Keluarga Pertama :
Seorang ibu yang berumur 53 tahun dan beliau adalah seorang janda dan memiliki 2 orang anak.
Keluarga Kedua :
Seorang bapak yang berumur 55 tahun yang memiliki sebuah keluarga yang memiliki 4 orang anak.
2. Gaji
Keluarga Pertama :
Untuk penghasilan tidak dapat diperkirakan karena ibu tersebut bekerja sebagai pedagang yang terkadang tidak menentu.
Keluarga Kedua :
Untuk penghasilan beliau tidak ada, dikarenakan beliau tidak bekerja karena memiliki penyakit stroke.
3. Tempat Tinggal
Keluarga Pertama :
Mereka tinggal di rumah mereka sendiri, tetapi dengan keadaan rumahnya yang kurang layak.
Keluarga Kedua :
Mereka tinggal dirumah mereka sendiri.
B. Indikator
Indikator yang akan saya gunakan adalah metode pengukuran jumlah pendapatan.
Bank Dunia menggunakan metode pengukuran jumlah pendapatan minimal per hari per orang untuk menentukan garis kemiskinan. Menurut Bank Dunia, pendapatan minimal per orang per hari adalah U$ 1 (setara dengan Rp. 13312.50,-). Penetapan pengukuran pendapatan ini tidak disertai dengan pengukuran pengeluaran per orang per hari dengan asumsi bahwa selain kebutuhan makanan pokok, pengeluaran untuk jenis kebutuhan lain (non makanan) tidak selalu dilakukan setiap hari. Apabila disetarakan dengan pendapatan per bulan maka seseorang dikatakan miskin apabila penghasilannya dalam sebulan kurang dari Rp. 600.000,-.
Jadi, menurut metode yang terdapat diatas bahwa keluarga diatas termasuk kedalam keluarga miskin.
BAB 3
I. Penutup
A. Kesimpulan
Indikator dari sebuah keluarga miskin dapat dilihat dari berbagai metode yang diterapkan oleh pemerintah. Secara pandangan keluarga yang disebut miskin bisa dilihat dari penghasilan dan tempat tinggalnya. Dari kedua keluarga diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga tersebut termasuk keluarga miskin, yang dapat dilihat dari keadaan rumah yang tidak layak. Dan dapat dilihat juga dari penghasilan yang didapatkan.
Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga-lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin.
Penyebab masyarakat menjadi miskin adalah karena ia terjebak dalam perangkap kemiskinan materil, kelemahan jasmani, isolasi, kerentanan, dan ketidakberdayaan. Ini masalah sosial dan kultural. Makanya penanggulangan kemiskinan mesti melibatkan transformasi sosial dan kultural juga, termasuk perubahan nilai-nilai (misal : etos kerja). Pembagian sesuatu yang gratis adalah langkah yang tidak inovatif karena membudayakan kemiskinan.
Pembangunan ekonomi yang salah satu tujuannya menghapus atau setidak-tidaknya mengurangi kemiskinan, dalam realitasnya justru sering kali menimbulkan kemiskinan baru. Bahkan lebih dari sekadar paradoks, realitas kemiskinan diyakini dan paling tidak disinyalir justru merupakan salah satu produk pembangunan. Dalam konteks itulah pembicaraan mengenai modal menjadi amat sangat relevan yang menjadi sebab masyarakat kerap kali menjadi miskin dalam proses pembangunan ekonomi dikarenakan masyarakat tersebut tidak memiliki cukup modal.
B. Saran
Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global seperti ini diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah standar global.
Komentar
Posting Komentar